FIFA 2003 di Game Boy Advance Game Sepakbola yang Janjinya Tinggi, Tapi Jatuhnya Bikin Kaget
Pada tahun 2002, FIFA 2003 di PS2, Xbox, dan PC langsung memukau para pemain. Versi-versi itu menghadirkan grafis keren, animasi yang lebih halus, dan gameplay yang akhirnya terasa menyerupai pertandingan sungguhan. Karena itu, banyak penggemar berharap versi Game Boy Advance (GBA) bisa membawa sensasi serupa ke layar kecil. Namun, begitu saya mencoba versi GBA-nya, saya langsung menangkap kenyataan pahit: game ini tidak mampu memenuhi bayangannya sendiri.
Grafis: Sprite Minim Detail yang Berusaha Menyelamatkan Pertandingan
Sejak pertama kali melihat tampilannya, saya langsung tahu ada yang tidak beres. Walaupun GBA punya keterbatasan, banyak game olahraga mampu tampil apik dengan teknik kreatif. Namun, FIFA 2003 GBA justru memilih jalan yang kurang optimal.
Masalah yang Muncul
Pertama, model pemain tampil seperti sprite polos yang tidak memberikan identitas visual. Lalu, animasinya bergerak patah seolah-olah game ini menampilkan slide presentasi. Selain itu, kamera isometrik tidak membantu sama sekali, karena ia membuat lapangan terlihat datar dan menyulitkan orientasi. Terakhir, stadion nyaris tidak menawarkan variasi, sehingga saya merasa bermain di tempat yang sama dari awal hingga akhir. Hasilnya, game ini tidak mampu membangun atmosfer pertandingan yang menarik.
Gameplay: Kontrol Berat dan Lapangan yang Terasa Kosong
Setelah mencoba mengabaikan grafisnya, saya berharap gameplay-nya bisa menyelamatkan pengalaman. Namun, semakin lama saya bermain, semakin terasa bahwa kendali dan ritme permainan justru memperburuk segalanya.
Bagian yang Paling Mengganggu
Pertama, operan selalu terlambat sehingga ritme permainan langsung kacau. Selain itu, pergerakan pemain begitu berat, membuat saya merasa seperti menggerakkan pemain yang baru selesai lari maraton. Selanjutnya, kecerdasan buatan tidak memberikan perlawanan berarti. Rekan setim tidak bergerak aktif, sementara lawan tidak menunjukkan pola permainan yang menarik. Alhasil, pertandingan berjalan monoton dari peluit awal hingga peluit akhir.
Konten: Mode Ada, Tapi Tidak Membawa Napas Baru
Ketika saya mencoba masuk ke menu, saya melihat beberapa mode seperti Kick Off, Season, dan Tournament. Namun, setelah memainkannya satu per satu, saya segera menyadari bahwa mode-mode ini hanya muncul sebagai formalitas.
Fitur yang Kurang Lengkap
Game ini tidak memberikan mode karier mendalam, tidak menawarkan sistem transfer pemain, dan tidak menyediakan elemen progresi yang membuat pemain ingin kembali bermain. Bahkan ketika saya mencoba fitur multiplayer melalui link cable, pengalaman itu tetap terasa hambar. Dengan cepat, game ini kehilangan daya tarik karena tidak menghadirkan motivasi jangka panjang.
Perbandingan: Jarak Kualitas yang Tidak Bisa Diabaikan
Setelah mencoba semua aspeknya, saya akhirnya membandingkan versi GBA dengan versi konsol dan PC. Meskipun perbedaan perangkat keras sangat besar, kualitas dasar permainan tetap terlihat jomplang. Versi konsol menawarkan animasi halus, presentasi ala siaran televisi, dan gameplay penuh variasi. Sebaliknya, versi GBA terlihat seperti proyek sampingan yang sekadar melengkapi daftar rilis, bukan proyek yang dibuat dengan tujuan menghadirkan pengalaman portabel yang kuat.
Kesimpulan: Potensi Besar yang Tidak Pernah Tercapai
Setelah menelusuri seluruh sisi game ini, saya menyimpulkan bahwa FIFA 2003 di GBA gagal memenuhi potensi besar yang seharusnya bisa ia capai. Grafisnya tidak menggugah, gameplay-nya tidak memberikan tantangan, dan kontennya tidak mampu menjaga minat pemain. Sebagai koleksi retro, game ini memang memiliki nilai historis. Namun, sebagai pengalaman bermain, game ini sulit saya rekomendasikan karena terlalu banyak aspek yang tidak berkembang sebagaimana mestinya.