Spin-off PES yang Bikin Banyak Pemain Menyesal Mencobanya Masih Ingat Pro Evolution Soccer Management
Pada awal 2000-an, PES benar-benar menguasai rental PS2. Setiap sore, pemain berlomba menekan tombol sprint sambil berebut tim favorit. Dalam suasana penuh hype itu, Konami mencoba mendorong batas kreativitas mereka dan meluncurkan Pro Evolution Soccer Management, sebuah spin-off yang seharusnya menghadirkan pengalaman berbeda. Namun, langkah ambisius ini justru berbelok ke arah yang tidak mereka harapkan.
Konsep yang Terlihat Kuat Sejak Awal
Konami ingin membuat pemain merasakan sensasi menjadi manajer sungguhan. Karena itu, mereka menempatkan pemain sebagai pengambil keputusan utama: menyusun taktik, mengatur transfer, dan menjaga kondisi finansial klub. Ide ini terdengar menarik, apalagi ketika banyak gamer mulai melirik genre manajerial seperti Football Manager. Seharusnya, konsep ini mampu memberikan pengalaman baru bagi para fans PES yang ingin melihat sepakbola dari balik meja direksi.
Namun, Eksekusi yang Justru Menjatuhkan Konsep
Sayangnya, begitu pemain memasuki menu utama, semangat itu langsung turun drastis.
Antarmuka yang Membingungkan Sejak Detik Pertama
Konami menyajikan menu berlapis-lapis yang terasa seperti teka-teki. Antarmuka ini membuat banyak pemain menghabiskan lebih banyak waktu untuk mencari fitur dibanding menikmati permainannya. Karena alurnya tidak jelas, pengalaman bermain pun berubah menjadi sesi uji kesabaran.
Minimnya Lisensi yang Mengikis Rasa Realistis
Selain itu, Konami gagal menghadirkan klub dan pemain resmi. Sebagai akibatnya, pemain bertemu dengan nama-nama generik yang mematahkan immersion. Ketika seorang manajer tidak bisa mengenali tim atau pemainnya, ia kehilangan rasa keterikatan yang seharusnya menjadi salah satu daya tarik utama game sepakbola.
Pertandingan yang Tidak Bisa Dikendalikan
Masalah terbesar muncul ketika pemain menyadari bahwa mereka tidak bisa mengontrol pertandingan. Mereka hanya bisa menonton tim bergerak otomatis. Bagi fans PES yang biasa mengeksekusi umpan satu-dua mematikan, keputusan ini terasa seperti mematikan identitas PES itu sendiri. Alih-alih menikmati aksi lapangan, pemain justru merasa menjadi penonton pasif.
Reaksi Fans yang Berubah Menjadi Kekecewaan Kolektif
Seiring berjalannya waktu, komunitas mulai menyuarakan kritik mereka. Banyak pemain menilai Konami terlalu mengandalkan nama besar PES tanpa memahami kebutuhan genre manajemen. Karena antarmuka terasa tidak bersahabat, lisensi sangat terbatas, dan gameplay kehilangan elemen interaktif, para penggemar pun menilai game ini tidak sepadan dengan ekspektasi.
Warisan yang Tersisa: Pelajaran dari Sebuah Eksperimen Berani
Walaupun PES Management tidak mencapai potensi yang diharapkan, game ini tetap meninggalkan jejak kecil dalam sejarah PES. Game ini mengingatkan kita bahwa ide yang kuat tidak akan bertahan tanpa eksekusi yang solid dan desain yang matang. Meskipun banyak pemain mengenangnya sebagai eksperimen gagal, game ini tetap menunjukkan keberanian Konami untuk mencoba hal baru, bahkan ketika hasilnya tidak berjalan sesuai harapan.