Kenapa FIFA Punya Klub Asli tapi eFootball Punya Manchester Blue
Jika kamu sering bermain FIFA (EA FC), eFootball (PES), atau Football Manager, kamu mungkin pernah bertanya-tanya:
mengapa beberapa game menampilkan nama klub dan pemain asli, sedangkan yang lain justru memakai nama aneh seperti “Manchester Blue” atau “Piemont Calcio”?
Jawabannya terletak pada satu hal penting: lisensi. Di balik kata itu, tersimpan kisah rumit tentang kontrak bisnis, hak cipta, dan kesepakatan bernilai jutaan dolar.
Pengembang Game Harus Membeli Lisensi, Bukan Sekadar Izin
Dalam industri game, pengembang harus membeli lisensi resmi dari pemilik hak seperti klub, liga, atau pemain sebelum menggunakan identitas mereka. Lisensi ini memberi izin untuk menampilkan nama klub, logo, seragam, stadion, dan wajah pemain secara akurat.
Jika pengembang tidak membeli lisensi, mereka melanggar hak cipta dan merek dagang. Akibatnya, mereka menciptakan versi alternatif dari klub dan logo yang mirip tapi tidak identik dengan aslinya.
EA Sports dan Konami Mengambil Dua Jalur yang Berbeda
EA Sports membayar lisensi resmi kepada FIFA, UEFA, dan berbagai liga besar seperti Premier League, La Liga, dan Serie A. Dengan strategi ini, EA bisa menampilkan seluruh elemen klub dan pemain secara autentik.
Sebaliknya, Konami memilih strategi eksklusif. Mereka menandatangani kontrak langsung dengan klub tertentu seperti Juventus, AS Roma, dan Barcelona. Dengan cara ini, Konami menjadi satu-satunya pihak yang boleh menggunakan identitas asli klub-klub tersebut.
Langkah ini memaksa pengembang lain mengganti nama klub itu dalam game mereka. Selain itu, Konami dan EA sama-sama harus mengeluarkan biaya besar karena kontrak dengan klub populer seperti Real Madrid atau Manchester United bisa mencapai jutaan dolar setiap tahun.
Pengembang Memisahkan Lisensi Klub dan Pemain
Pengembang game juga membedakan lisensi klub dan lisensi pemain.
Organisasi bernama FIFPro mewakili hak citra ribuan pemain profesional di seluruh dunia dan menjual hak tersebut secara kolektif kepada pengembang game.
Karena itu, kamu sering menemukan tim bernama “Man Blue” (Manchester City) atau “London FC” (Chelsea) yang tetap berisi pemain asli seperti Erling Haaland atau Raheem Sterling.
Dengan sistem ini, pengembang dapat menampilkan pemain sungguhan tanpa harus mendapatkan izin langsung dari setiap individu.
Juventus Menandatangani Kontrak Eksklusif dengan Konami
Pada tahun 2019, Juventus menandatangani kontrak eksklusif dengan Konami.
Kesepakatan itu membuat EA Sports kehilangan hak untuk menggunakan nama, logo, dan stadion resmi Juventus.
Sebagai gantinya, EA menciptakan klub baru bernama “Piemont Calcio” untuk menggantikan Juventus di FIFA 20. Banyak pemain sempat bingung karena mereka tidak lagi menemukan Juventus di daftar klub. Namun, kenyataannya, Juventus hanya muncul secara eksklusif di eFootball.
Pemain Mulai Mempertanyakan Hak Digital Mereka
Beberapa pemain terkenal seperti Zlatan Ibrahimović dan Gareth Bale menentang penggunaan identitas mereka di game tanpa izin pribadi.
EA Sports menegaskan bahwa mereka memperoleh hak tersebut melalui FIFPro, tetapi para pemain merasa organisasi itu tidak berhak mewakili mereka tanpa persetujuan langsung.
Perdebatan ini menimbulkan pertanyaan besar: siapa yang sebenarnya memiliki hak atas citra digital pemain — organisasi kolektif seperti FIFPro atau sang pemain itu sendiri?
Komunitas Modder Membawa Keaslian ke Game Tanpa Lisensi
Di sisi lain, komunitas modder PC mengisi celah yang ditinggalkan oleh pengembang. Mereka membuat patch tidak resmi yang menambahkan logo, seragam, dan nama asli klub ke game yang belum memiliki lisensi lengkap.
Meskipun tindakan ini melanggar aturan hak cipta, para modder melakukannya demi menghadirkan pengalaman bermain yang lebih realistis.
Antusiasme mereka menunjukkan betapa besar keinginan pemain untuk merasakan atmosfer sepak bola yang autentik.
Lisensi Menjadi Fondasi Realisme Game Sepak Bola
Lisensi berperan besar dalam menentukan seberapa nyata pengalaman bermain yang dirasakan pemain.
Setiap logo klub, wajah pemain, hingga sponsor di jersey muncul berkat negosiasi panjang dan biaya besar yang dibayar pengembang.
Ketika kamu memilih tim seperti “Piemont Calcio” atau “Manchester Blue,” kamu sebenarnya sedang menikmati hasil kompromi antara kreativitas dan bisnis.
Di balik nama-nama aneh itu, ada jaringan kontrak, hak cipta, dan kesepakatan bernilai miliaran dolar yang menjaga industri game sepak bola tetap hidup.
Kesimpulan
Pengembang game sepak bola bersaing bukan hanya dalam gameplay dan grafis, tetapi juga dalam kemampuan mereka mengamankan lisensi.
Semakin banyak lisensi yang mereka beli, semakin nyata pengalaman yang mereka tawarkan kepada pemain.
Dengan kata lain, realisme dalam game sepak bola tidak hanya lahir dari teknologi, tetapi juga dari strategi bisnis dan negosiasi lisensi yang kompleks.